Dalam persyarikatan Muhammadiyah, Tanwir merupakan permusyawaratan tertinggi setelah Muktamar. Pada Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 24 dijelaskan anggota Tanwir terdiri atas anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Wilayah, Wakil Wilayah, dan Wakil Pimpinan Organisasi Otonom Tingkat Pusat. Tanwir tahun ini akan diselenggarakan di Kupang pada tanggal 3-5 Jumadil Akhir 1446/4-6 Desember 2024. Tema Tanwir adalah “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua.” Sebelum Tanwir diselenggarakan Muhammadiyah memperoleh banyak apresiasi dan penghargaan. Survei KOMPAS menunjukkan kepuasan masyarakat terhadap Muhammadiyah 91 persen angka ini luar biasa.
Kaitannya dengan konsep Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang akan digunakan Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan kamariah, Tanwir merupakan forum strategis untuk mensosialisasikan kepada para pimpinan wilayah Muhammadiyah seluruh Indonesia. Dengan adanya sosialisasi diharapkan pemahaman tentang KHGT semakin bagus sehingga ketika diimplementasikan secara penuh para pimpinan sudah memahami kerangka berpikir KHGT secara komprehensif. Hal ini penting untuk membangun keseragaman pandangan di internal organisasi. Kehadiran KHGT dirancang sebagai solusi unifikatif untuk mengatasi perbedaan dalam memulai dan mengakhiri Ramadan dengan pendekatan yang menggabungkan keakuratan ilmu astronomi dan landasan syariat Islam.
KHGT bertujuan mewujudkan kalender hijriah yang dapat digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Hal ini tidak sekedar hanya masalah teknis penanggalan, melainkan juga langkah penting menuju persatuan umat. Berbagai ayat al-Qur’an dan as-Sunah mengisyaratkan pentingnya persatuan. Salah satunya Q.S. Ali Imran ayat 103. Ayat ini menggambarkan pentingnya menjaga persatuan di tengah keragaman. Persatuan adalah nikmat besar yang harus dijaga bersama. KHGT adalah projek peradaban Islam berkemajuan. Implementasinya perlu kejernihan hati dan kesadaran kolektif dengan memperhatikan kemaslahatan bersama (Taqdimu al-Maslahati al-‘Ammah min al-Maslahati al-Khassah).
Ibarat sebuah produk, KHGT merupakan produk yang sangat bagus saat ini. Ketika produsen hendak melaunching sebuah produk biasanya memerhatikan respons konsumen, dipersiapkan secara maksimal, dan mencari momen yang tepat agar tidak gagal memasarkannya. Begitu halnya KHGT, tidak ada salahnya, dipersiapkan lebih maksimal lagi, kemudian didialogkan dengan pemerintah, ormas-ormas Islam terkait, dan negara-negara sahabat, seperti Singapore, Malaysia, Brunei Darussalam, Saudi Arabia, dan Turki. Sosialisasi juga dilakukan secara intensif melalui seminar, konferensi, dan publikasi di berbagai media. Pemahaman masyarakat tentang KHGT perlu diperkuat agar mereka dapat menerima dan mendukung implementasi kalender ini secara luas. Selama ini, KHGT dianggap sebagai konsep elitis yang hanya diketahui oleh kalangan akademisi dan aktivis tertentu.
Sosialisasi KHGT melalui forum Tanwir menunjukkan komitmen Muhammadiyah dalam menghadirkan solusi untuk menyatukan umat Islam. Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, manfaat KHGT jauh lebih besar bagi persatuan dan kemajuan umat. Dengan kerja sama yang baik antara organisasi Islam, pemerintah, dan komunitas internasional, diharapkan KHGT dapat diterima secara luas dan menjadi tonggak penting dalam sejarah umat Islam. KHGT bukan sekadar kalender, melainkan simbol persatuan dan kemajuan umat yang berlandaskan ilmu dan syariat. Jika berhasil diterapkan maka KHGT dapat memberikan banyak manfaat bagi umat Islam di seluruh dunia, terutama dalam menentukan hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Kesatuan ini akan memperkuat ukhuwah Islamiyah dan meminimalkan perdebatan yang tidak produktif.
Pasca Tanwir Muhammadiyah dapat mengambil beberapa langkah strategis untuk memperkuat penerimaan dan implementasi KHGT, baik di internal maupun eksternal organisasi. Misalnya sosialisasi KHGT dengan mengundang ormas-ormas Islam, seperti Nahdlatul Ulama, PERSIS, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), dan Al-Washliyah. Hal ini perlu dilakukan agar terjadi komunikasi secara langsung sekaligus mendengarkan masukan dan keberatan. Pada umumnya masyarakat belum banyak yang memahami secara komprehensif tentang konsep KHGT. Mereka lebih terbiasa dengan penentuan awal bulan kamariah berdasarkan pengumuman pemerintah atau organisasi keagamaan tertentu seperti Muhammadiyah dan NU. Fokus masyarakat biasanya pada aspek praktis, seperti kapan mulai puasa, Lebaran, atau Idul Adha, tanpa mendalami aspek teknis atau filosofis dari Kalender Islam Global.
Penulis Susiknan Azhari, Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Founder Museum Astronomi Islam.