Galeri Astronomi Islam

RAGAM RESPONS PARA TOKOH SEPUTAR PELUNCURAN KHGT

Peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada hari Rabu 29 Zulhijah 1446 bertepatan tanggal 25 Juni 2025 di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta memperoleh perhatian luas dari berbagai media nasional dan internasional. Begitu pula para tokoh dunia. Secara umum mereka menyambut baik dan sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Hasil analisis Drone Emprit tentang respons launching KHGT di media sosial menunjukkan 75% masyarakat menilai positif, 14 % negatif, 11 % bersikap netral. Gagasan KHGT menuai berbagai respons dari para tokoh. Uraian berikut menyajikan beragam pandangan tokoh-tokoh terhadap peluncuran KHGT, sebagai cerminan dinamika dan harapan umat.

1. Tariq Ali Bakheet (Organisasi Konferensi Islam, Jeddah)
Mewakili OKI, beliau menyampaikan apresiasi atas inisiatif Muhammadiyah yang dianggap sebagai langkah konkret berbasis sains dan iman untuk menyatukan umat Islam melalui standardisasi kalender Islam. KHGT selaras dengan Resolusi 1/51-C OKI yang mendorong negara-negara Islam mengadopsi kalender Hijriah terpadu berbasis hisab astronomi. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi OKI dengan Muhammadiyah untuk mendorong adopsi luas KHGT secara global.

2. Dr. Mehmet Ekim (Diyanet, Turki)
Ia menyatakan bahwa KHGT memperkuat kesatuan umat, termasuk solidaritas atas isu Palestina. Ditekankan bahwa KHGT menjadi simbol integrasi antara agama dan ilmu pengetahuan, dan diharapkan menjadi awal berkah menuju kesatuan umat Islam.

3. Dr. Ahmad Jaballah (ECFR, Eropa)
Menurutnya, globalisasi telah menghilangkan relevansi perbedaan geografis dalam penanggalan Islam. Kalender harus akurat dan seragam; sistem ganda justru memperparah kebingungan. KHGT dianggap solusi penting untuk mengakhiri perbedaan penetapan awal bulan Islam.

4. Dr. Zulfiqar Ali Shah (FCNA, Amerika Utara)
KHGT disebut sebagai kebutuhan peradaban. Mayoritas Muslim di Amerika kini mengikuti hisab berdasarkan fatwa FCNA. Ia mengapresiasi keberanian Muhammadiyah mengadopsi KHGT sebagai wujud transformasi umat dari kondisi lemah menuju bermartabat.

5. Mohammad Boroujerdi (Duta Besar Iran untuk Republik Indonesia)
Ia menyatakan dukungan penuh terhadap KHGT tanpa syarat, sebagai bagian dari persatuan umat Islam.

6. Dr. Zuhair Al-Shun (Duta Besar Palestina untuk Republik Indonesia)
KHGT dianggap sangat penting bagi Palestina dan sebagai bagian dari penyebaran nilai Islam ke seluruh dunia.

7. Dr. Yasir Muhammad Ali (Duta Besar Sudan untuk Republik Indonesia)
Menyampaikan bahwa penyatuan kalender hijriah ini jelas merupakan suatu agenda mendesak untuk menyatukan umat Islam secara keseluruhan, baik kesatuan perasaan maupun kesatuan waktu.

8. Mohd Shabri Ghazali (Atase Agama Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta)
Menyampaikan ucapan selamat kepada Muhammadiyah atas KHGT, yang dianggap sebagai titik awal penting dalam mewujudkan kesatuan umat. Ia yakin langkah ini membawa dampak besar bagi dunia Islam, meski tantangan pasti akan ada.

9. Dr. Usamah Mahdi (Wakil Dubes Mesir untuk Republik Indonesia)
Saya mendukung dan mengapresasi penerapan Kalender Hijriah Global Tunggal. Inisiatif ini sangat layak mendapat penghargaan. Upaya penyatuan kalender hijriah sangat diperlukan bersama di dunia Islam.

10. Prof. Dr. Muhammad Irfan Helmy (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh Arab Saudi)
Ia menegaskan bahwa KHGT merupakan bukti komitmen Muhammadiyah terhadap sains dan syariat sekaligus. KHGT bukan sekadar simbol eksistensi organisasi, tetapi representasi nyata kontribusi Muhammadiyah terhadap kebutuhan umat dalam penentuan waktu ibadah secara akurat dan modern.

11. Suparto, Ph.D (Direktur Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah)
KHGT disebut sebagai momentum strategis yang menyentuh aspek spiritual, sosial, dan simbolik. Dengan KHGT, prinsip satu hari satu tanggal bisa diwujudkan secara global, menggabungkan syariat dan astronomi dalam satu sistem penanggalan yang ilmiah dan membangun persatuan umat.

12. Dr. Kassim Bahali (Persatuan Falak Syarie Malaysia)
KHGT dipandang sebagai upaya memartabatkan takwim Islam global dan ilmiah. Dengan prinsip satu matlak dan kriteria astronomi yang memenuhi syariat dan sains, KHGT mengatasi hambatan lokal dalam rukyat dan membawa umat kepada kesatuan waktu yang mendukung maqasid syariah.

13. Dr. Zulkarnain (Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya)
Ia menyamakan KHGT dengan keberhasilan K.H. Ahmad Dahlan dalam meluruskan arah kiblat. Muhammadiyah menunjukkan pendekatan inklusif dan berkemajuan, menggabungkan wahyu dan ilmu, serta memberikan solusi pada kepastian waktu ibadah. KHGT dipuji sebagai bukti nyata integrasi ilmu dan iman.

14. Prof. Dr. Yusdani (Universitas Islam Indonesia Yogyakarta)
Mengapresiasi KHGT sebagai langkah strategis umat Islam Indonesia dan bentuk nyata “pembayaran utang peradaban”. Ia berharap Muhammadiyah dapat terus melahirkan gagasan pencerahan bagi peradaban Islam di masa depan.

15. Prof. Dr. Ngainun Naim (Guru Besar UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)
KHGT dinilai penting dalam konteks membangun persatuan umat, meskipun diakui tidak mudah. Ia menyerukan agar diskusi-diskusi keilmuan terkait kalender Islam terus digalakkan sebagai sarana menyatukan pandangan yang beragam secara sosial, politik, dan budaya.

16. Prof. Dr. Machasin (Mantan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia dan Kini sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta)
KHGT diakui sebagai hasil ijtihad kolektif para ahli falak sejak Konferensi Istanbul 1437/2016. Ia menjelaskan bahwa KHGT mengadopsi satu matlak global, berbeda dari sistem rukyat lokal. Meski diakui bahwa masih banyak tantangan, seperti penolakan dari penganut rukyat murni, ia menyatakan KHGT tetap sebagai usaha serius yang memerlukan dialog lanjutan untuk memperoleh legitimasi luas.

17. Dr. Judhistira Aria Utama (Universitas Pendidikan Indonesia – Bandung)
KHGT disebut sebagai wujud ijtihad keilmuan yang serius dan menunjukkan komitmen Muhammadiyah terhadap sistem kalender Islam yang rasional dan konsisten. Ia menekankan pentingnya penyatuan pelaksanaan ibadah secara global, sembari membuka ruang untuk perbaikan dari hasil ijtihad tersebut.

18. Prof. Dr. Abdul Pirol (Rektor IAIN Palopo 2015 s.d. 2023 )
Menganggap KHGT sebagai monumen baru peradaban yang mampu menyatukan aspek yang selama ini diperdebatkan. KHGT menjadi bukti bahwa iman dan ilmu bisa bersatu untuk menjawab tantangan zaman dan memperkuat kebersamaan umat.

19. Prof. Dr. Abdul Majid (Guru Besar Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda)
Mengangkat pentingnya KHGT dalam mencegah kekacauan yang diakibatkan oleh perbedaan penanggalan di forum internasional. Ia menyebut langkah Muhammadiyah sebagai lompatan besar dan bentuk “pengorbanan” demi persatuan, karena meninggalkan metode Wujudul Hilal yang selama ini dianut. Ia menganalogikan KHGT dengan kisah kompromi strategis Nabi Muhammad dan Piagam Jakarta demi persatuan, dan berharap KHGT bisa diterima luas, meski tantangan dari kubu rukyat tetap ada.

20. Prof. Dr. Dhani Herdiwijaya, M.Sc. (Guru Besar Institut Teknologi Bandung)
Peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) oleh Muhammadiyah pada 25 Juni 2025 menjadi langkah historis dan visioner dalam pengelolaan waktu umat Islam. KHGT berpijak pada integrasi iman dan ilmu, menawarkan pendekatan “wasathan” untuk menyatukan dinamika keagamaan global. Berbasis ilmu, KHGT diharapkan berkelanjutan dan relevan lintas zaman dalam membentuk tatanan keislaman universal.

21. Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Ph.D. (Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Ar-Raniry, Banda Aceh)
Umat Islam memiliki kekuatan penyatu melalui bahasa, budaya, dan sejarah yang terbingkai dalam pengetahuan peradaban. Kalender Hijriah Global Tunggal 1447 H menjadi ijtihad peradaban, sintesis antara rukyah dan hisab dalam kerangka ilmu modern. Inisiatif ini memperkuat identitas kolektif umat Islam sebagai komunitas global yang bersatu, relevan, dan progresif di era digital.

22. Dr. Suaidi Ahadi (Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 PadangPanjang, / BMKG Sumbar)
KHGT, manifestasi komitmen Muhammadiyah untuk membangun peradaban Islami yang modern, berbasis kepastian waktu, dan terintegrasi dalam mendukung keselarasan ibadah, ekonomi, dan kesejahteraan umat.

23. Syarief Ahmad Hakim (Wakil Ketua Dewan Hisab dan Rukyat Pimpinan Pusat PERSIS dan Tim Hisab Rukyat Kemenag RI)
Peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) adalah terobosan penting untuk menyatukan umat Islam dalam menentukan tanggal ibadah seperti Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Dengan standar astronomi yang jelas, kalender ini dapat mengurangi perbedaan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Namun, tantangannya adalah edukasi masyarakat, harmonisasi antar mazhab, serta komitmen global dalam penerapannya. Jika diimplementasikan dengan baik, inisiatif ini akan menjadi simbol persatuan dan kemajuan umat Islam di dunia. Semoga membawa kemaslahatan dan mempererat kesatuan!

Semua tokoh di atas, dari berbagai negara dan latar belakang keilmuan, memberikan apresiasi tinggi terhadap peluncuran KHGT oleh Muhammadiyah. Mereka menyoroti pentingnya KHGT sebagai solusi integratif yang menyatukan ilmu pengetahuan, prinsip syariat, dan semangat ukhuwah Islamiyah. Meski diakui bahwa tantangan dan resistensi masih ada—terutama dari kalangan yang memegang rukyat lokal—KHGT dinilai sebagai lompatan historis-strategis dan simbol transformasi umat Islam menuju persatuan yang berbasis ilmu dan maslahat global. KHGT merupakan hasil “ijtihad kolektif” yang patut dijaga dan disempurnakan. Oleh karena itu pasca launching perlu melakukan sosialisasi yang lebih intensif mengenai KHGT kepada masyarakat. Sekaligus menjalin dialog dengan organisasi Islam lain untuk mencapai kesepakatan bersama baik dalam negeri maupun luar negeri dan menjadikan hari launching sebagai hari KHGT setiap tahun. Pada hari milad KHGT nanti dilakukan berbagai kegiatan untuk memahami KHGT dan menunjukkan bahwa KHGT bukan milik Muhammadiyah semata tetapi milik dunia Islam yang dihasilkan dari Konferensi Penyatuan Kalender Islam 1437/2016 di Istanbul Turkiye. Selain itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu memberi award kepada para tokoh yang berjasa dalam pengembangan studi astronomi Islam, seperti Saadoe’ddin Jambek, Wardan Diponingrat, Abdur Rachim, Syamsul Arifin (Muhammadiyah), Mahfudz Anwar, Turoihan Ajhuri, Zubair Umar al-Jailani, Noor Ahmad SS (Nahdlatul Ulama), AA. Katsir, A. Ghozali (PERSIS), Syekh Tahir Jalaluddin, Mohd. Khair bin Hj. Mohd Taib, Mohammad Ilyas, Mohd Zambri bin Zainuddin (Malaysia), Jamaluddin Abdur Razeq (Maroko), Mohammad Syaukat Audah (Uni Emirat Arab), Khalid Shaukat (USA), Zaki al-Mostafa (Arab Saudi), Muhammad Shaleh Abdul Aziz al-Ujairy (Kuwait), dan Muhammad Ahmad Sulaiman (Mesir). Satu Kalender, Satu Umat, dan Satu Peradaban.

Wa Allahu A’lam bi as-Sawab

Artikel ini telah dimuat di IBTimes pada tanggal 12 Muharam 1447/7 Juli 2025. Penulis Susiknan Azhari, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *